\\Foto : Istimewa/Dok.Google(Ist)//
Jakarta, (01Juli 2025) — Usia ke-79 tahun menjadi momentum refleksi mendalam bagi Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Di tengah transformasi zaman dan tuntutan reformasi, Polri terus berbenah menjadi institusi yang tak sekadar tegas dan profesional, tetapi juga semakin humanis, membumi, dan hadir di hati rakyat.
Ketua Umum Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Republik Indonesia (GMPRI), Raja Agung Nusantara, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo yang dinilainya sebagai Kapolri terbaik di era reformasi. Menurutnya, kepemimpinan sang Jenderal tersebut tak hanya menunjukkan keberanian dalam menindak kejahatan dan menegakkan hukum, tetapi juga berhasil mengubah wajah Polri menjadi lembaga yang dekat dengan rakyat dan aktif dalam pembangunan nasional.
“Kapolri Listyo Sigit adalah teladan Polri sejati. Ia membumikan Polri, memanusiakan hukum, dan mengangkat kembali martabat institusi yang sempat dirundung krisis kepercayaan publik,” ujar Raja Agung Nusantara, (1/6/2025)
•Presisi Bukan Sekadar Slogan
Program Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan) yang digagas Jenderal Sigit bukanlah jargon kosong. Di bawah kepemimpinannya, program ini menjelma menjadi langkah nyata mulai dari pembentukan Polisi RW, transformasi digital pelayanan publik, hingga penindakan tegas terhadap pelanggaran di internal Polri.
Jenderal Sigit membuktikan bahwa keberanian menindak penyimpangan, bahkan dari pejabat tinggi Polri sendiri, adalah bagian dari komitmen menjaga marwah institusi. Kasus Irjen Ferdy Sambo menjadi bukti konkret bahwa di bawah kepemimpinannya, hukum adalah panglima, bukan pangkat atau jabatan.
•Polri Bukan Alat Kekuasaan, Tapi Sahabat Rakyat
Raja Agung menegaskan, dalam era demokrasi modern, polisi tidak boleh menjadi alat kekuasaan, melainkan perwakilan negara yang paling dekat dengan masyarakat. Ia menyoroti pentingnya pendekatan community policing yang menumbuhkan ketertiban melalui partisipasi warga, bukan ketakutan.
Mengutip pandangan ilmuwan kepolisian seperti Bayley dan Skolnick, Raja Agung menyebut bahwa legitimasi polisi berasal dari kepercayaan publik, bukan dari kekuatan senjata. Oleh karena itu, peran Polri harus bertransformasi dari sekadar penegak hukum menjadi pelindung yang empatik, pengayom yang adil, dan pelayan yang hadir secara tulus.
“Polisi hari ini bukan hanya hadir secara fisik, tapi telah hadir di dalam hati masyarakat. Dan itu semua tidak lepas dari tangan dingin Jenderal Sigit yang telah membawa semangat reformasi menyentuh sampai akar rumput,” tambahnya.
•Sinergi Membangun Bangsa
Kapolri juga mendapat pengakuan terbuka dari Presiden Terpilih Prabowo Subianto dalam peringatan Hari Bhayangkara ke-78 tahun lalu. Presiden Prabowo menyoroti langsung peran aktif Polri dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
“Saya melihat Polri sekarang sungguh-sungguh turun ke rakyat, membantu meningkatkan produksi pangan bangsa kita. Untuk itu saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya,” ungkap Presiden Prabowo.
• Menuju Polri yang Membanggakan
Program Presisi Polri terbukti tidak hanya mendongkrak efektivitas kelembagaan, tapi juga memperkuat pendekatan berbasis Hak Asasi Manusia (HAM).
Berdasarkan laporan UNODC (2011), kepolisian yang humanis justru lebih efektif dalam menjalankan tugasnya, karena tahu kapan harus tegas dan kapan harus merangkul.
Raja Agung Nusantara menutup pernyataannya dengan harapan besar:
“Selamat Hari Bhayangkara ke-79. Mari kita dukung terwujudnya Polri yang profesional, modern, membumi, dan menjadi sahabat sejati rakyat Indonesia. Kapolri Listyo Sigit adalah teladan nyata Polri masa depan yang hadir bukan hanya di kantor, tapi hadir di hati masyarakat.”(Barto.S)