Teks Poto: Tampak Potret bersama, Ist
BENGKULU — Perhelatan agung Penganugerahan Gelar Adat dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-57 Provinsi Bengkulu berlangsung megah dan penuh marwah di Balai Daerah Semarak Bengkulu. Acara ini menjadi titik pertemuan para tokoh adat se-Nusantara, mulai dari Raja, Sultan, Pangeran, Datuk, Raden, hingga para bangsawan adat yang hadir untuk merayakan kejayaan budaya bangsa.
Salah satu sorotan utama adalah kehadiran Paduka yang Mulia Pangkalima Gong Pendy Ruca, selaku Pangeran Mas Senopati, bersama istri beliau, Kanjeng Raden Ayu Ngabehi Fitria Anggraeni dari Kalimantan Tengah. Kehadiran pasangan Diraja ini memperkuat representasi adat Kalimantan dalam barisan kehormatan Majelis Adat Nusantara.
Amanat Persatuan dari Pangkalima Gong Pendy Ruca
Dalam amanat adatnya, Pangkalima Gong menyampaikan pesan mendalam mengenai persatuan dan martabat adat Nusantara.
“Adat adalah tali pengikat rumah besar Nusantara. Ketika kita berkumpul dalam satu majelis kehormatan seperti ini, kita bukan hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga menegakkan marwah bangsa. Persatuan para tokoh adat hari ini adalah simbol bahwa budaya tidak boleh goyah oleh zaman,”
tegas Pangkalima Gong Pendy Ruca, Pangeran Mas Senopati.
Beliau menegaskan bahwa kehadiran Kalimantan Tengah dalam agenda adat nasional merupakan komitmen untuk menjaga kehormatan adat serta memperkuat solidaritas lintas wilayah.
Mendampingi Maharaja Kutai Mulawarman dalam Prosesi Adat
Sebagai Pangeran Mas Senopati, Pangkalima Gong turut mendampingi KDYMM Yang Dipertuan Agung Diraja Nusantara, DYMM Sri Paduka Baginda Berdaulat Agung Prof. Dr. M.S.P.A. Iansyah Rechza F.W., Ph.D., Maharaja Kutai Mulawarman, dalam seluruh rangkaian prosesi adat.
Prosesi penyambutan berlangsung istimewa melalui Tari Barong Landong, Tabuhan Dhol, Tari Kejai, Rabana, serta ritual adat penyambutan tamu agung Bengkulu.
Kehadiran Pangkalima Gong dalam barisan Diraja menegaskan posisi beliau sebagai penjaga kehormatan kerajaan dan adat Nusantara. KRA Ngabehi Fitria Anggraeni turut mendampingi suami beliau, menampilkan keharmonisan pasangan bangsawan adat Kalimantan dalam peran kultural tingkat nasional.
Penganugerahan Gelar Adat oleh Maharaja Kutai Mulawarman
Prosesi utama acara adalah penganugerahan gelar adat kepada tokoh nasional dan daerah melalui Sidang Mufakat Rajo Penghulu, di antaranya:
Sembilan Tokoh Penerima Gelar Adat 2025:
1. Irjen Pol (Purn) Drs. H. Supratman, M.H. — Raja Khalifah II
2. Laksdya TNI Dr. Irvansya — Pangeran Jaya Kesuma II
3. Letjen TNI Djon Afriadi — Panglima Raja
4. Prof. Dr. Reda Manthovani — Adipati Kembang Agung
5. H. Helmi Hasan — Sutan Inanyat Syah
6. Khairunnisa Helmi Hasan — Putri Malayan Deni
7. Brigjen TNI Jatmiko Ariyanto — Rio Setanggai Panjang
8. Irjen Pol Mardiyono, S.I.K., M.Si. — Depati Bangun Binang
9. Victor Antonius Saragih — Depati Bangsa Radin
Prosesi ditutup dengan pemacungan ponoi, pelepasan merpati sebagai simbol perdamaian, doa adat, dan jamuan kehormatan.
Titah Adat Maharaja Kutai Mulawarman
Dalam sabda adatnya, Sri Maharaja menyampaikan pesan kebangkitan budaya Nusantara:
“Budaya adalah roh bangsa. Jika adat kita tegakkan, tegak pula jati diri bangsa di tengah derasnya arus zaman. Para pemangku adat harus berdiri sebagai pelita, menjaga moral, menjaga marwah, dan menjaga persatuan.”
Beliau menegaskan bahwa setiap gelar adat bukan sekadar penghormatan, tetapi amanah mempertahankan nilai luhur Nusantara.
Simbol Kebangkitan Marwah Budaya Nusantara
Acara ini menjadi momentum kebangkitan budaya Nusantara serta memperkuat peran Majelis Adat Indonesia (MAI) sebagai lembaga etik, moral, dan kultural bangsa.
Turut hadir para tokoh adat nasional, di antaranya:
• DYTM Sripaduka M. Rafik Gelar Datuak Rajo Kuaso — Sekjen MAI
•DYTM Pangeran Ratu Jayakarta I
• Paduka yang Mulia Pangkalima Gong Pendy Ruca
• DYTM Raja Arya Menak Senoyo II, Keraton Parupuh
• GKR Sekar Arum Intan
Kehadiran tokoh-tokoh tersebut mempertegas pesan persatuan dan marwah adat Nusantara.(Red/Is)


